Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keragaman Karakteristik Individual Peserta didik

Peserta didik yang melakukan kegiatan belajar atau proses pendidikan adalah individu. Karena itu,  dalam proses dan kegiatan belajar peserta didik tidak bisa dilepaskan dari karakteristik, kemampuan dan perilaku individualnya. Karagaman karakteristik seperti dalam hal fisik, berbicara, bertindak, mengerjakan tugas, memecahkan masalah.  

Menurut Makmun (2009:53), keragaman karakteristik peserta didik yang paling penting dipahami oleh guru adalah keragaman dalam kecakapan (ability) dan kepribadian. 

Keragaman dalam kecakapan terdiri atas kecakapan nyata dan potensial. Kecakapan nyata adalah kecakapan yang merupakan hasil belajar atau prestasi (achievement), 

sedangkan kecakapan potensial adalah kecakapan yang masih terkandung dalam diri seseorang yang diperoleh dari faktor herediter yang mungkin merupakan (1) kecakapan dasar umum (general intelligence), dan (2) kecakapan dasar khusus dalam bidang tertentu atau bakat (aptitudes). Keragaman aspek kepribadian antara lain, karakter, temperamen, sikap, tanggung jawab, kemampuan sosial, stabilitas emosi.

Keragaman individual terjadi karena adanya interelasi dan interdependensi antara faktor pembawaan, lingkungan, dan kematangan (siap berfungsinya aspek-aspek psikofisik individu). 

Pemahaman yang memadai terhadap karakteristik individual peserta didik berkontribusi dalam bentuk perlakuan, tindakan-tindakan yang bijaksana, tepat sesuai kondisi dan situasi. 

Pendidik akan menyiapkan dan menyampaikan pelajaran (media, bahan ajar, metode pembelajaran), memberikan tugas, latihan dan bimbingan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik sebagai individu. 

Dengan demikian dalam proses pembelajaran setiap individu memerlukan perlakuan yang berbeda sehingga untuk itu guru perlu menggunakan model/metode/teknik pembelajaran yang variatif.  


Perkembangan Masa Remaja

Perkembangan Masa Remaja

Masa remaja merupakan periode yang penting. Siswa SMP adalah anak yang masuk ke masa remaja awal. Pada masa ini, perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu dan akan memengaruhi periode selanjutnya. 

Perkembangan fisik dan mental yang cepat menuntut remaja untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan membentuk perilaku, nilai, dan sikap baru. 

Menurut Konopka (Yusuf, 2006:7), masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan peserta didik dan merupakan masa transisi (dari masa kanakkanak ke masa dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.  

Masa remaja menurut Mappiare (Ali dan Asrori, 2014:9) dibagi menjadi masa remaja awal : (usia 12/13 s.d. 17/18 tahun)  dan remaja akhir (usia 17/18 tahun s.d. 21/22 tahun). Selanjutnya, Santrock (2012:20-21) menyatakan bahwa masa remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung pada usia menengah pertama atau menengah akhir.  

Menurut Erickson (Santrock, 2012:87), masa remaja merupakan masa berkembangnya self-identity (kesadaran akan identitas diri). Ini merupakan tahap perkembangan yang kelima yaitu identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity confusion). 

Hal yang paling penting dalam diri remaja adalah pencarian identitas. Remaja harus memutuskan  siapakah dirinya, apa keunikannya, apa tujuan hidupnya, seperti apakah keseluruhan diri saya. Pertanyaan-pertanyaan itu jarang muncul pada masa kanak-kanak namun hampir selalu muncul pada masa remaja dan perguruan tinggi. 

Identitas adalah potret diri (Santrock, 2012:436) yang tersusun dari berbagai aspek yang meliputi:  

  • Identitas fisik (ciri-ciri tubuh seseorang)
  • Karakteristik kepribadian individual (seperti introvert atau ekstrovert), bersemangat atau tenang, bersahabat atau kasar, dsb.
  • Identitas spiritual (keyakinan spiritual seseorang).
  • Minat (hal-hal yang senang dilakukan seseorang, seperti olahraga, hobi, musik, dan sebagainya)
  • Identitas prestasi, intelektual (sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk berprestasi dan intelektualitasnya)
  • Identitas seksual
  • Identitas karir (jejak karir dan pekerjaan yang ingin dirintisnya).
  • Identitas politik 
  • Identitas relasi (seseorang itu lajang atau menikah, dan sebagainya)
  • Identitas budaya/etnik 

Remaja dihadapkan pada–peran baru dan status orang dewasa, pekerjaan dan romantisme. Dalam pencarian identitas remaja bereksperimen  dengan berbagai peran dan kepribadian. 

Pada  suatu waktu, misalnya mereka ingin mengejar karir menjadi polisi lain waktu ingin menjadi dokter atau, suatu waktu mungkin mereka berpakaian rapih sedangkan di waktu lain tidak rapih. 

Eksperimen merupakan upaya yang disengaja oleh remaja agar menemukan peran yang sesuai. Jika mereka menjajagi peran-peran dengan cara yang sehat maka identitas yang positif akan dicapai. Bila remaja berhasil menemukan jati dirinya, maka akan memiliki kepribadian yang sehat. 

Sebaliknya, apabila gagal mengatasi krisis identitas, maka akan mengalami kebingungan identitas (confusion identity) sehingga cenderung memiliki kepribadian yang tidak sehat (maladjustment). Mereka dapat bersikap menarik diri, mengasingkan diri dari teman-teman dan keluarga, atau melibatkan diri pada kehidupan kelompok yang dampaknya mungkin mengarah kepada kenakalan remaja. 

Menemukan identitas diri adalah tugas perkembangan remaja yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian individu. Agar remaja menjajagi peran-peran dengan cara yang sehat sehingga menemukan identitas yang positif, maka remaja perlu diberikan kesempatan dalam berbagai kegiatan yang positif, diberikan informasi dan pengetahuan yang memadai, serta bimbingan dari guru dan orangtua.