Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Kesulitan Belajar Menurut Para Ahli dan Ciri-ciri Kesulitan Belajar

Pengertian Kesulitan Belajar Menurut Para Ahli dan Ciri-ciri Kesulitan Belajar

Apa saja kesulitan dalam belajar? dan Bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam belajar?
 dua pertanyaan ini mungkin terlintas dipikiran bapak ibu sebagai guru maupun tenaga pendidik. nah pada postingan kali ini jamboguru.com akan membahas tentang kesulitan belajar. maka dari itu simak terus penjelasan berikut:

Setiap individu tidak sama. Perbedaan individu ini menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan peserta didik. Sehingga memunculkan perbedaan kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran di kelas yang sering disebut sebagai kesulitan belajar. 


Pengertian Kesulitan Belajar Menurut Para Ahli

Hamalik (1983) menyatakan kesulitan belajar dapat diartikan sebagai keadaan dimana peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut tidak bisa diabaikan oleh seorang pendidik karena dapat menjadi penghambat tujuan pembelajaran.    

Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi bisa disebabkan oleh faktor-faktor nonintelegensi. Oleh karena itu,  IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. 

Wood (2007:33) menyatakan kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan tersebut diakibatkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik maupun luar diri peserta didik.  

Faktor-faktor penyebab tersebut, hendaklah dipahami oleh pendidik agar  setiap peserta didik  dapat mencapai tujuan belajar yang baik.   Peserta didik mempunyai hak yang sama untuk  mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. 

Namun kenyataannya pendidik kurang memahami peserta didik yang memiliki perbedaan dalam hal  kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang, kebiasaan dan pendekatan belajar antara pesetrta didik satu dengan lainnya. 

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditunjukkan kepada para peserta didik yang berkemampuan rata-rata, sehingga peserta didik yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang akan terabaikan. 

Peserta didik yang berkategori di luar rata-rata itu (sangat pintar dan sangat rendah) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kepasitasnya. 

Kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya dialami peserta didik berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh peserta didik yang berkemampuan tinggi.  

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan kesulitan belajar adalah suatu hambatan yang dialami oleh peserta didik  untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan. 


Ciri-ciri Kesulitan Belajar

Ciri-ciri kesulitan belajar  menurut Moh. Surya antara lain: 

  1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas); 
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan;
  3. mungkin murid yang selalu berrusaha dengan giat tetapi nilai yang dicapai selalu rendah;
  4. Lambat dalam  melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia;
  5. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta, dan seterusnya;
  6. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menggangu didalam dan diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengsingkan diri, tersisih, tidak mau bekerja sama, dan seterusnya;
  7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, mudah pemarah, tidak gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal dan seterusnya.

Pernyataan tersebut, dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala kesulitan belajar yang dialami oleh para peserta didik. 

Gejala-gejala yang termanifestasi dalam tingkah laku setiap peserta didik, diharapkan para pendidik dapat mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam belajar, kerusakan susunan dan fungsi otak, dan  Penyakit persalinan; 

  1. Faktor sosial,seperti pengaruh teman bermain, pergaulan dan lingkungan sekitar;
  2. Faktor keluarga, seperti keadaan keluarga yang tidak baik dan kurangnya dukungan belajar dari orang tua. 

Berikut ini penjabaran faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami peserta didik menurut Koestur Partowisastro dan Hadi Suprapto (1978:56) yaitu: 

  1. Kondisi fisiologis yang permanen meliputi inteligensi yang terbatas, hambatan penglihatan dan pendengaran, dan masalah persepsi. 
  2. Kondisi fisiologis temporer meliputi masalah makanan, kecenderungan, dan kecapaian. 
  3. Kondisi lingkungan sosial permanen meliputi harapan dan tekanan orang tua tinggi dan konflik dalam keluarga. 
  4. Kondisi lingkungan sosial temporer meliputi ada bagian-bagian dalam urutan yang belum dipahami dan persaingan interes. 

Menurut Tidjan (2000), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar yaitu interen dan ekstern. Faktor interen meliputi faktor fisiologis, yaitu kesehatan fisik terganggu,cacat fisik dan  sebagainya. 

Faktor intelektual, misalnya kecerdasan kurang, kecakapan kurang, bakat-bakat kurang. Faktor minat, tidak berminat atau kurang minat. Faktor konsentrasi perhatian kurang. Faktor ingatan kurang. Faktor emosi, misalnya rasa benci dan rasa tidak puas.  

Faktor ekstern meliputi faktor tempat, misalnya tidak ada tempat khusus untuk belajar. Faktor alat, alat-alat yang diperlukan dalam belajar kurang atau tidak ada. Faktor waktu dan suasana, yaitu tidak dapat mengatur waktu belajar, ramai dan gaduh, rumah dekat jalan yang cukup ramai. 

Faktor lingkungan sekolah, misalnya bahan pelajaran kurang, metode guru mengajar tidak memuaskan, pengeruh teman yang tidak baik (negatif).

Faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, misalnya situasi keluarga yang tidak menguntungkan anak dalam belajar, begitu pula dengan masyarakatnya.


Analisis Kesulitan Belajar Peserta Didik

Prinsip-prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan melaksanakan tugasnya dengan baik apabila dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. 

Dengan kata lain supaya dapat mengontrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinsip-prinsip belajar. 

Belajar diperoleh dari sebuah pengalaman yang didalamnya terdapat interaksi antara manusia dan lingkungan. Selain itu, belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus-menerus secara bertahap yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau cita-cita.

Menurut para pakar, belajar merupakan proses memiliki pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Selain itu, belajar merupakan perubahan secara fisik maupun motorik. Belajar juga merupakan perubahan yang menekankan aspek-aspek rohani. 

Di dalam belajar, ada tiga ranah yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang berhubungan dengan motorik kasar (melempar, menangkap, menendang) dan motorik halus (menulis dan menggambar).

Ketiga ranah tersebut perlu dilatih dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar yaitu: 

  1. Tujuan yang terarah;
  2. Motivasi yang kuat;
  3. Bimbingan untuk mengetahui hambatan dalam belajar;
  4. Cara belajar dengan pemahaman;
  5. Interaksi yang positif dan dinamis antara individu dan lingkungan;
  6. Teknik-teknik belajar;
  7. Diskusi dan pemecahan masalah;
  8. Mampu menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan sehari-hari 

Seorang anak pergi ke sekolah tidak boleh karena terpaksa, melainkan karena suatu kebutuhan. Orang tua dan guru hendaknya mengarahkan anak bahwa belajar adalah suatu kebutuhan, serta membangun motivasi diri yang  kuat bahwa dengan belajar di sekolah berarti mempersiapkan hidup untuk masa depan. 

Hubungan yang positif antara guru dan orang tua  memungkinkan anak untuk belajar secara aktif. Misalnya, ketika anak mengalami kesulitan, guru atau orang tua memberikan bimbingan agar apa yang dipelajari dapat dipahami dengan mudah. 

Ada beberapa hal yang menyebabkan anak mengalami kesalahan belajar, di antaranya sebagai berikut: 

  1. Belajar tanpa adanya tujuan yang jelas;
  2. Belajar tanpa rencana (hanya insidental);
  3. Hanya menghafal tanpa memahami;
  4. Tidak dikaitkan dengan pengalaman dan teknik-teknik yang bervariasi;
  5. Tidak ada pengelolaan waktu belajar;
  6. Tidak menggunakan alat bantu atau referensi yang utuh.