Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Teknik Dasar Lari Jarak Pendek (Sprint)

Pengertian Lari Jarak Pendek

Apa yang dimaksud Lari Jarak Pendek? Lari Jarak Pendek merupakan salah satu keterampilan dasar dalam atletik yang sudah mulai memerlukan keterampilan khusus, baik segi teknik maupun fisik.

Menurut Adi dkk (2008) bahwa : “Dalam dunia atletik internasional, perlombaan lari jarak pendek kerap disebut sebagai sprint (lari jarak pendek) atau dash (lari cepat). seorang pelari jarak pendek biasanya dipanggil dengan sebutan sprinter”.

Nomor-nomor lari jarak pendek yang dipertandingkan adalah 100 meter, 200 meter, dan 400 meter.


Pengertian Lari Jarak Pendek Menurut Para Ahli

Menurut Suherman dkk (2001:14) lari cepat merupakan salah satu bentuk perkenalan yang terbaik untuk program atletik disekolah. Lari jarak pendek merupakan bagian dari lari cepat atau sering di sebut (Sprint) dan merupakan kemampuan seseorang dalam memindahkan posisi tubuhnya dari satu tempat ke tempat lainnya secara cepat melebihi gerak dasar pada keterampilan lari kecil (jogging)”

Menurut Carr (2003:13) sprint adalah salah satu katagori cabang lomba mencakup semua jarak hingga 400 m diklasifikasikan sebagai sprint panjang”. Lari jarak pendek dibutuhkan performan fisik, khususnya kekuatan otot yang prima, untuk menjadi seorang sprinter andal.


Teknik Dasar Lari Jarak Pendek (Sprint)

Pada Lari jarak Pendek (SPrint) ada 3 teknik dasar yang harus diperhatikan oleh pelari agar kemampuan berlarinya dapat maksimal, yaitu teknik start, teknik lari, dan teknik memasuki garis finish.

1. Teknik Start

Start merupakan faktor yang utama dikuasai oleh seorang atlet lari jarak pendek. Keterlambatan dalam melakukan start akan merugikan pelari itu sendiri, oleh sebab itu start harus benar-benar dikuasai oleh seorang pelari sprint karena start merupakan kunci keberhasilan pelari jarak pendek. 

Dalam hal ini Mane (1986:15) mengatakan : “Lari cepat biasanya dimenangkan kurang dari satu meter, maka dari itu penting sekali memiliki start yang baik. Banyak kesalahan dalam perlombaan terjadi di garis start bukan di tempat lain. Lebih pendek jarak perlombaan lebih penting lagi arti start”.

Di dalam perlombaan lari sprint khususnya lari 100 meter, teknik start umumnya digunakan adalah start jongkok (crouching start). Cara melakukan teknik start jongkok ada tiga macam yaitu start pendek (buch start), start mengengah (medium start), dan start panjang (longated start). 

Perbedaan diantara ketiga start tersebut hanya terletak pada penempatan kaki bagian depan lutut. Sedangkan penggunaan tergantung pada si pelari itu sendiri. Aba-aba yang digunakan pada start adalah “bersedia, siap dan ya atau bunyi pistol”.

Pada aba-aba ‘bersedia’, pelari berjalan ke depan sambil mengambil nafas dalam-dalam menempatkan kaki pada block start yang sudah di pasang, badan membungkuk ke depan dan menahan berat badan dengan jari-jari, lutut dijaga jangan sampai membuka ke luar, posisi kepala di atur seperti biasa dan santai, mata diarahkan ke suatu titik di atas lintasan beberapa centi meter di depan garis start, lengan disejajarkan dengan pundak sambil diluruskan.

Pada aba-aba ‘siap’, pelari mengayun badan lebih jauh ke depan melampaui tangannya pada saat yang bersamaan mengangkat pangkal paha. Kaki kanan jangan diluruskan, sedangkan pangkal paha diangkat sedikit lebih tinggi dari pada pundak. Kaki kanan berada dalam posisi santai dan mata diarahkan ke suatu titik yang lebih dekat pada garis start pada posisi ‘bersedia’. 

Pada posisi siap ini pelari harus betul-betul diam dan hanya berfikir pada meninggalkan block bersama pada aba-aba ‘ya’ atau letusan pistol dan janganlah mencoba untuk mencuri (bergerak sebelum aba-aba ‘ya’ atau letusan pistol). 

Hal ini tidak dibenarkan oleh starter dan akibatnya merugikan pelari itu sendiri. Pada posisi yang menegangkan ini letusan pistollah yang akan melepaskan sipelari. Kaki kanan diangkat dengan cepat dan dijatuhkan tidak lebih dari empat desimeter di depan garis dan pada saat yang sama lengan kiri diayun ke depan dengan jari tidak melampaui dahi. Lengan kanan diayun ke belakang dengan tangan empat sampai lima desimeter di belakang pinggul.


2. Teknik Lari

Pada waktu lari cepat tubuh agak sedikit condong ke depan, karena kecondongan badan dapat mengurangi tahanan angin. Pada saat lari, kaki belakang tepat akan bertolak dengan ujung kaki, tubuh condong ke depan, tungkai kaki belakang, punggung, bahu dan kepala merupakan garis lurus.

Pelari harus berusaha secepat-cepatnya untuk mencapai kecepatan maksimal. Pada langkah kedua dan ketiga kaki diangkat sedikit sampai sudut lari cepat yang normal dan secara paralel lutut diangkat pula sedikit demi sedikit, pada permulaan sprint atlet berlari di atas kaki depan sampai kira-kira 30 meter, jarak selanjutnya tergantung dari selera atlet, bisa dilarikan tetap dengan gaya kaki depan atau seluruh kaki yang tidak terlampau memberatkan kerja otot-otot betis.

Kedua lengan harus rileks, dengan kedua tangan agak menutup dan ibu jari menyilang pada jari telunjuk. Sudut dari persendian siku sedapatnya tetap membentuk sudut lebih kurang 90º, sedikit mengurangi bila lengan ke depan dengan tangan mencapai tinggi bahu. 

Sudut dari persendian siku menjadi sedikit lebih besar pada waktu lengan kembali dengan tangan mencapai lebih kurang 30 cm di belakang pinggul. Kedua lengan harus bergerak ke belakang dan ke depan, seolah-olah kedua lengan bergerak di sekitar sumbu yang melalui persendian bahu. Gerakan lengan yang efisien sangat penting, semakin cepat kedua tangan bergerak semakin cepat pula kedua kaki bergerak. 


3. Teknik Melewati Garis Finish

Pada perlombaan lari, terutama pada lari cepat teknik melewati garis finish harus benar-benar dikuasai oleh setiap pelari, karena bila pelari secara bersamaan melewati garis finish, maka pelari yang lebih dahulu menyentuh pita finish dianggap terlebih dahulu masuk atau pemenang.

Dalam perlombaan lari sprint ada tiga cara untuk melewati garis finish, yaitu dengan cara menjatuhkan salah satu bahunya ke depan, dengan lari terus secepat-cepatnya sampai melewati garis finish dan menjatuhkan dada ke depan. 

Dari ketiga cara tersebut yang biasa digunakan para pelari adalah dengan cara menjatuhkan dada ke depan, karena dengan cara ini dapat mempercondongkan dada lebih jauh ke depan untuk menyentuh pita finish dan dapat dilakukan pada saat kecepatan lari dengan tidak menimbulkan keragu-raguan.

Ketika pelari berada dekat garis finish jangan mengejar pita, tetapi tujulah sebuah garis khayal 5 meter di belakangnya. Jika tidak demikian, kecepatan akan berkurangdan memberi kesempatan lawan untuk memperoleh keuntungan pada detik terakhir. Jangan berhenti tiba-tiba setelah menyentuh pita finish, tetapi pelari harus mengurangi kecepatan secara pelan-pelan sampai berhenti.