Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Belajar Kognitivisme

Teori  Belajar Kognitivisme

Apa itu Teori belajaran konstruktivisme?
Teori pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah teori pendidikan yang mengedepankan peningkatkan perkembangan logika dan konseptual pembelajaran.

Penganut kognitivistik percaya bahwa belajar membangun pengetahuan untuk dirinya. Peran seorang pengajar sangat penting dalam teori pembelajaran konstruktivisme.


Teori  Belajar Kognitivisme

Menurut penganut kognitivistik, kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. 

Oleh sebab itu perkembangan bahasa harus berlandas pada atau diturunkan dari perkembangan  dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan meneuntukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. 

Konsep sentral teori kognitif adalah kemampuan berbahasa anak berasal dari kematangan kognitifnya. Proses belajar bahasa secara kognitif merupakan proses berpikir yang kompleks karena menyangkut lapisan bahasa yang terdalam. 

Lapisan bahasa tersebut meliputi ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada struktur jiwa manusia. Bahasa dipandang sebagai manifestasi dari perkembangan aspek kognitif dan afektif yang menyatakan tentang dunia dan diri manusia itu sendiri.  

Lauhlin dalam Elizabeth (1993:54) mengatakan bahwa dalam belajar berbahasa seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang anak sebagai sesorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.   

Ausabel (Elizabeth, 1993:59) mengatakan bahwa proses belajar bahasa terjadi  bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan  pengetahuan baru. Proses itu melalui tahapan memperhatikan stimulus yang diberikan, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami. 

Bruner (Pateda, 1990:49) menjelaskan bahwa proses belajar bahasa lebih ditentukan oleh cara anak mengatur materi bahasa bukan usia anak. Proses belajar bahasa dapat dilalui melalui (1) enaktif, yaitu aktivitas untuk memehami lingkungan, (2) ikonik yaitu melihat dunia lewat gambar dan visualisasi verbal, dan (3) simbolik yaitu memahami gagasan-gasan abstrak.   

Beberapa tokoh lain yang mengembangkan teori kognitivisme: 

1) Attribution Theory (Weiner) 

Weiner mengembangkan sebuah kerangka teoretis yang telah menjadi  sangat berpengaruh dalam psikologi sosial hari ini. Teori atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan, yaitu menafsirkan menyebabkan untuk suatu peristiwa atau perilaku.  

2) Teori Pemrosesan Informasi (Robert Gagne)

Asumsi yang mendasari teori ini adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. 

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. 

Kondisi internal, yaitu keadaan dalam diri individu  yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif,sedangkan  kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi  individu dalam proses pembelajaran. 

3) Teori Elaborasi (Reigeluth)

Pergeseran paradigma dari guru-sentris instruksi ke instruksi yang berpusat pada peserta didik telah menimbulkan "kebutuhan baru cara-cara urutan instruksi" (Reigeluth, 1999).   

Charles Reigeluth dari Indiana University mengemukakan Teori Elaborasi, sebuah model desain instruksional yang bertujuan untuk membantu memilih  dan urutan konten dalam cara yang akan mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. 

Pendukung merasa penggunaan motivator, analogi, ringkasan dan sintesis mengarah pada pembelajaran yang efektif. Sementara teori yang tidak efektif terutama konten, memang ditujukan untuk menengah ke kompleks jenis kognitif dan psikomotorik belajar.