Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Olahraga Renang di Indonesia

Renang adalah cabang olahraga yang sudah tua. Olahraga renang sudah dikenal sejak zaman dahulu, renang merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupannya, terutama dipergunakan untuk membela diri dari keganasan alam seperti banjir.

Pada zaman primitif renang telah dilakukan manusia, hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan-tulisan bangsa Mesir kuno +3000 tahun sebelum Masehi yang nyata menunjukkan renang telah dilakukan sejak zaman itu.

Di Negara Eropa olahraga renang dibawa oleh orang kulit putih kenegara-negara jajahannya diseluruh penjuru dunia. Pada tahun 1890 berdirilah perserikatan renang Internasional yaitu: Federation International De Nation Amateur disingkat dengan FINA. Dengan berdirinya FINA olahraga renang maju dan berkembang dengan pesatnya, sampai akhirnya diperlombakan di even-even Internasional baik dalam penyelenggaraan Olimpiade, Asian Games, Sea Games, dan kejuaraan lainnya.

Sejarah Renang di Indonesia

Sebelum kemerdekaan di Negara kita telah ada beberapa kolam renang yang indah dan baik akan tetapi pada waktu itu kesempatan pada orang-orang di Indonesia untuk belajar tidak mungkin, karena setiap kolam renang yang dibangun hanyalah diperuntukkan bagi Bangsawan dan penjajah.

Salah satu dari sekian banyak kolam renang yang dibangun diantaranya adalah kolam renang Cikampelas di Bandung yang didirikan pada tahun 1940. Sesuai dengan tempat kelahiran kolam renang Cikampelas, maka awal dari kegiatan renang di Indonesia dimulai dari Bandung.

Perserikatan olahraga renang yang pertama adalah Zwembond atau Perserikatan Berenang Bandung pada tahun 1917. setelah itu terbentuk pula perserikatan olahraga lainnya seperti di Jakarta dan Surabaya.

Pada tanggal 18 April 1924 di Pasuruan didirikan NIZ (Nederland Indiche Zwembond) yang beranggotakan tiga perkumpulan yaitu: Pasuruan, Bandung, dan Surabaya. Pada tahun 1927 berdiri perserikatan renang Jawa Timur (East Java Zwembond) beranggotakan Surabaya, Malang, Pasuruan, Blitar, Lumajang, Semarang, Jogyakarta dan Cepu. Pada waktu itu selalu diadakan perlombaan baik antar kota maupun antar daerah serta kejuaraan di seluruh Indonesia.

Masa penjajah Jepang, kesempatan untuk olahraga renang bagi umum sudah lebih besar dan maju. Semua kolam renang di Indonesia dibuka untuk umum, yang sebelumnya diperuntukkan bagi bangsa kulit putih saja. Pada tahun 1945 di Indonesia olahraga renang kembali sepi, karena pada waktu itu bangsa Indonesia sedang menghadapi perang kemerdekaan, sampai pada tahun 1951, pembina renang di Indonesia masih dipegang oleh ZBVI (Zwembond Voor Indonesia) barulah pada tanggal 24 Maret 1951 telah terbentuk PBSI (Persatuan Berenang Seluruh Indonesia).

Pada tahun 1954 di Indonesia telah ada organisasi perkumpulan renang yang terbesar diseluruh tanah air, pada tahun 1955 perkembangan olahraga renang di Indonesia mengalami kemajuan dengan pesatnya, baik ditinjau dari organisasi maupun dari segi prestasi, sejak itu pula PBSI menyusun daftar rekor yang berbentuk Nasional, pemenangnya harus warga negara Indonesia.

Pada tahun 1956 di Yogyakarta dibangun kolam renang moderen dalam rangka Colombo Plan. Pada tahun 1957 di Makassar dibuat kolam renang moderen untuk keperluan PON IV, dan pada tahun 1962 di Jakarta (Senayan) didirikan juga kolam renang dalam rangka pelaksanaan Asian Games ke IV. 

Pada PON ke IV di Makassar tahun 1957 Perserikatan Berenang Seluruh Indonesia (PBSI) diubah namanya menjadi Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) sampai saat sekarang. 

Dalam belajar berenang akan berhubungan dengan media air, hal ini sangat berbeda dengan cabang-cabang olahraga lain, dimana medianya adalah tanah (lapangan) atau udara disekitarnya. Olahraga renang tahanan yang dihadapinya adalah air, sedangkan cabang lain lari misalnya, tahanan (hambatan) yang dilawan adalah udara (angin) maka tahanan dalam renang lebih berat dibanding dengan lari. Perenang yang dapat memperkecil tahanan yang dihadapinya akan semakin cepat renangnya.

Dalam olahraga renang untuk dapat meraih prestasi harus menguasai berbagai komponen, yaitu komponen fisik dan komponen teknik dan mental. Komponen fisik meliputi: kekuatan, kecepatan, daya tahan, dan kelenturan atau fleksibilitas. Sedangkan komponen teknik adalah: start), gaya, turn (pembalikan), dan finish (penyelesaian).