Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Guru Vs Wali Murid

Guru ialah Seseorang yang membimbing dan mengajarkan tentang suatu ilmu. sejatinya, seorang guru akan memberikan ilmu yang akan bermanfaat untuk masa depan anak didiknya. Guru adalah panutan yang harus di sayangi, dihargai dan dihormati keberadaannya. Kini guru telah di hancurkan kewibawaannya, bukan karena anak yang nakal, bukan pula karena anak yang belum bisa/mengerti tentang pelajaran namun karena wali siswa yang terlalu ikut campur dalam pembelajaran.


Kepercayaan orang tua siswa terhadap guru sangat menurun, di tambah lagi jika guru yang lebih muda daripada wali siswa tersebut, sangat berbeda dengan tahun 2000 M kebawah, sungguh miris. jika dulu ada anak nakal maka guru akan memperbaiki akhlaknya, jika anak kurang mampu pada suatu materi, guru akan membimbingnya kembali, Benar, memang kadang guru harus bersikap tegas malah mungkin dengan terpaksa, guru tersebut harus menghukum siswanya, namun ini semua bukankah untuk kebaikan siswa itu sendiri? Percayalah, setiap seorang guru menghukum siswanya, guru tersebut juga merasa sedih Sama halnya dengan orang tua setelah menghukum anaknya. Jika dulu kita diberikan hukuman oleh guru, rasanya tidak akan berani kita melapor kepada orang tua kita, karena pasti tanpa banyak pertanyaan, orang tua kita akan menambah hukuman yang diberikan oleh guru. 
Namun pada zaman sekarang, jika guru sedikit memberi hukuman (efek jera) atas kesalahan siswa, lalu siswa tersebut mengadukan kepada orang tuanya, maka orang tua akan langsung tidak terima dan mendatangi guru untuk memarahinya atau bahkan mempidanakannya. Jadi tak perlu dipertanyakan lagi, mengapa siswa zaman sekarang tak mampu menghargai dan menghormati gurunya seperti siswa d zaman dulu. wali siswalah yang menyebabkan siswa menjadi semena-mena kepada guru. Sungguh menyedihkan mendengar berita bahwa seorang siswa membunuh gurunya hanya karena gurunya menasehatinya. Sangat-sangat disayangkan ketika mendengar wali murid melaporkan guru yang memberikan hukuman ringan kepada siswanya. 
Bagaimana bisa anak-anak bisa menghormati, jika masih menganggap guru itu adalah seseorang yang tak punya hak untuk dihargai dan dihormati. Bagaimana mampu anak mencintai guru jika orang tua mewanti-wanti bahwa guru bukanlah siapa-siapa. Marilah kita bangun kembali harkat dan martabat seorang guru wahai wali-wali siswa. Percayalah kami para guru juga hanya ingin anak-anak ini tumbuh dengan akhlak yang mulia. Bukankah pepatah mengatakan "akhlak yang mulia lebih utama, kemudian tuntutlah ilmu setinggi-tingginya." Jika dengan guru saja mereka mampu bersikap tidak baik, percayalah, suatu saat mereka juga akan melakukannya pada anda sendiri. Imam Syafi'i pernah berkata " Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya." Mari kembalikan rasa percaya kita untuk guru dan tanamkan pada anak bahwa guru adalah pengganti orang tuanya di rumaah." 
Bunda ngon ayah, teulhee ngon guree.
Ureung nyan ban Ihee tapeumulia
Pat pat na salah meuah talakee.
Dudo meuteuntee neubri syuruga"
Ibu dengan ayah, ketiga dengan guru.
Ketiganya harus dimuliakan
Dimana ada salah, mintalah maaf
Akhirat nanti diberi syurga.