Teknik Pengembangan Paragraf Koheren (Coherence) dan Kohesi (Cohesion)
Sebuah teks mempunyai situational coherence kalau pembaca bisa mengenali situasi dimana klausa-klausa atau kalimat yang ada dalam teks itu terjadi, yakni ketika pembaca bisa mengidentifikasi topik (field), cara (mode) - apakah teks itu lisan atau tertulis, dan tenor (siapa penulis atau pembicara dan kepada siapa) dari keseluruhan klausa yang ada dalam teks itu.
Sementara itu, sebuah teks dikatakan mempunyai generic coherence ketika kita bisa mengenali atau mengidentifikasi teks itu sebagai satu jenis teks tertentu, seperti Recount, Narrative, Eksposition, Discussion, dan mengenali struktur organisasi, dengan setiap elemen yang biasanya ada dalam jenis teks itu.
Koheren (Coherence) dan Kohesi (Cohesion)
Menurut Egins dalam Emi Emilia, (Emi Emilia, 2011), sebuah teks/ paragraf dapat membentuk satu kesatuan yang utuh /efektif apabila teks memiliki tekstur, yakni yang mengikat setiap klausa dalam teks/paragraf untuk membentuk satu kesatuan yang utuh. Texture yang mengikat klausa tersebut terdiri dari dua dimensi penting, yakni: Koheren (Coherence) dan Kohesi (Cohesion).
Thornburry, 2007 menyatakan : “A text is cohesive if its elements are linked together. A text is coherent if it makes sense. It should be clear that these are not the same thing. That is, a text may be cohesive (linked together), but incoherent (imeaningless).
Coherence mengacu pada cara sekelompok klausa atau kalimat berkaitan dengan konteks. Coherence bisa dikelompokkan menjadi dua, yakni: situational atau registerial coherence dan generic coherence. (Emi Emilia, 2011).
Cohesion atau kohesi mengacu pada cara kita mengaitkan atau mengikat setiap bagian dari wacana atau teks. Konsep utama di balik kohesi adalah bahwa “there is a semantic tie between an item at one point in a text and an item at another point. The presence of the tie makes at least one of the items dependent upon the other for its interpretation“(Eggins, 1994: 88).
Untuk melihat ciri-ciri teks yang baik kita bisa melihat contoh-contoh berikut, berdasarkan pembahasan yang diberikan Eggins (1994:85-94).
Perhatikan apakah kumpulan klausa atau kata di bawah ini bisa membentuk teks yang koheren dan kohesif. Kelompok-klausa dan kata di atas tidak bisa dikatakan sebuah teks yang baik karena strukturnya (grammar) salah. Orang tidak akan bisa memahami setiap klausa, apalagi teks secara keseluruhan.
Dengan demikian, di sinilah pentingnya siswa diajari grammar karena tanpa grammar yang baik, mereka pun tidak bisa mengungkapkan gagasannya dengan baik dan tujuan komunikasi pun tidak akan tercapai.
Bacalah contoh berikut ini, selanjutnya amati apakah kumpulan klausa atau kata di bawah ini bisa membentuk teks yang koheren dan kohesif.
1.I’ve been learning English for two years. 2. He’s been playing the guitar for six months. 3. They’ve been living in Sydney for one month. 4. We’ve been working here for 3 years. 5. She’s been studying French for two weeks. (Eggins, 1994: 86)
Selanjutnya apabila kita analisa paragraf diatas, kelompok klausa tersebut tata bahasanya betul, semua klausa polanya sama, dan bisa dikatakan mempunyai grammatical parallelism.
Tetapi, andaikata ditanya apakah sekelompok klausa di atas bisa membentuk satu teks yang utuh, maka jawabannya tidak, karena kita tidak bisa mengidentifikasi topik, siapa yang berbicara kepada siapa, dan apakah dia berbicara secara tertulis atau lisan.
Jadi kumpulan klausa itu tidak mempunyai situational coherence dan generic coherence. Jadi, dari contoh di atas bisa dilihat bahwa teks yang baik itu tidak cukup hanya ditulis dengan grammar yang benar, walaupun grammar memainkan peranan yang sangat penting. Teks yang baik juga harus mempunyai situational dan generic coherence.
Selanjutnya amati contoh teks berikut ini.
At the Market My mother and I are at the market. We go there on foot. It’s about 400 metres from my house. We want to buy some food to celebrate my father’s birthday. We go to the fruit stall to buy some oranges, melons and grapes. Then we go to the greengrocer’s to buy some potatoes, cabbages and carrots. We also buy some meat, fish and lobsters. We buy a kilogram of sugar. We do not buy any salt because we still have some. We leave the market at about eight o’clock.
Pada teks diatas terdapat salah satu piranti kohesi yakni referensi. Kata ganti (pronoun) ‘my mother and I’ muncul kembali pada kalimat lain sebagai ‘we’. Ini menunjukkan bahwa‘we’ memiliki referensi yang jelas. Kata ini digunakan berkalikali dan pembaca tetap bisa mengerti bahwa ‘we’ berarti ‘my mother and I’.
Selanjutnya pada teks tersebut juga terdapat piranti kohesi yang lain yang disebut lexical chain atau untaian leksikal. Pada teks diatas, penulis menggunakan kata ‘food’ dan kata ini menghasilkan untaian kata yang berhubungan seperti fruit, vegetables, meat, sugar dll.
Penggunaan kata-kata tersebut dengan tepat akan mempermudah pembaca memahami teks yang dilahirkan oleh konteks di pasar.
Dalam teks lisan unsur-unsur teks juga sama bisa diidentifikasi dan teks lisan yang kurang baik bisa dilihat dari contoh berikut.
A: 1. Have a chocolate, Lisa.
B: 2. The ferry just left.
A: 3. Thank you.
B: 4. Hallo (dikutip dari Eggins, dalam Emi Emilia, 2011)
Teks lisan di atas menunjukkan bahwa klausa yang satu dalam teks itu tidak berkaitan dengan klausa yang lainnya. Kita bisa membayangkan apa yang terjadi dalam sebuah dialog kalau setiap orang dalam dialog itu tidak merespon lawan bicaranya dengan baik.
Ketika si A dalam dialog di atas menawarkan sesuatu, “Have a nice chocolate” maka biasanya si lawan bicara, yakni B merespon dengan menerima atau menolak, tetapi dalam hal ini tidak, malah mengatakan bahwa “The Ferry just left”.
Demikian pula klausa ketiga dan keempat. Ketika orang mengatakan “Thank you,” mungk in seharusnya si lawan bicara meresponnya dengan mengatakan “My pleasure” atau “You’re welcome” atau “That’s OK” dan bukan “Hallo”. Pengembangan paragraf berkaitan dengan (a) kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan dan (b) kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan teratur (Keraf, 1980:84).
Menurut Syafi,ie (1988:157), untuk memerinci gagasan utama dan mengurutkan gagasan bawahan, yang perlu ditempuh ada tiga langkah.
Langkah-langkah itu adalah (1) memikirkan ide pokok yang akan ditulis, (2) memikirkan informasi yang logis dikemukakan agar pembaca dapat memahami ide pokok penulis, dan (3) memikirkan tentang cara menyampaikan informasi (Budiono, 2012).
Coba perhatikan kalimat acak berikut ini, lalu tentukan susunan yang tepat untuk membuat paragraf yang baik.
1. You can do this even before you meet him or her.
2. In 2050, everyone in the world will have a personal web page with their information on it
3. You can check out someone's web page to learn about the person.
4. These web pages will use the five senses ; sight, touch, smell, taste, and hearing.
Pembahasan :
Kalimat 1, 3, dan 4 tidak mungkin menjadi kalimat utama sebab mereka menjelaskan kalimat yang lainnya. Hal ini dapat diketahui dari pemakaian kata this way, his or her, dan these web.
Kalimat pertama/ utama adalah nomor 2 sebab kalimat itu masih bersifat umum. Kalimat 4 semestinya menerangkan kalimat nomor 2. Hal ini dapat diketahui dari pemakaian kata these web.
Jadi susunannya menjadi 2-4. Demikian juga kalimat nomor 1 semestinya menerangkan kalimat nomor 3 karena adanya kata him or her yang merujuk pada kata someone.
Berdasarkan analisis ini, maka susunan kalimat acak diatas menjadi paragraf yang benar sesuai dengan urutannya yaitu 2-4-3-1 ; "In 2050, everyone in the world will have a personal web page with their information on it. These web pages will use the five senses; sight, touch, smell, taste, and hearing. You can check out someone's web page to learn about the person. You can do this even before you meet him or her."
Apabila kita sering-sering berlatih membuat paragraf dengan memahami mana kalimat pokok dan mana kalimat penjelas, maka ketika menghadapi soal semacam itu pasti akan mudah kita kerjakan.