Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perkembangan Kempo di Dunia dan Indonesia

 Sejarah Bela Diri Kempo di Dunia dan Di Indonesia

Kempo Merupakan nama generik untuk beberapa aliran seni bela diri yang berasal dari Jepang dan banyak menggunakan permainan tangan. Jadi bukan nama satu aliran saja melainkan nama dari banyak aliran dan metode. Arti dari Kempo sendiri adalah beladiri dengan permainan tangan (Wikipedia).


Sejarah Kempo di Dunia

Kempo merupakan beladiri yang berasal dari daratan Hindia kemudian dibawa ke daratan Tiongkok oleh Dharma  Taisi. Beladiri kempo pada saat itu hanya dilatih secara khusus kepada para calon pendeta dan diajarkan secara rahasia dalam kuil Shorinji kempo. 

Kempo bukan sekedar ilmu beladiri, namun juga merupakan jalan hidup. Dalam kempo, yang diutamakan adalah persaudaraan dan kasih sayang. Pada tahun 550 M, pendeta Budha ke-28 yang bernama Dharma Thaisi menyebarkan agama Budha keseluh dataratan Tiongkok, selama perjalanan dan pengembaraannya, Dharma Thaisi mendapatkan ancaman, tantangan, hinaan yang dialaminya bahkan nyaris merenggut nyawanya. 

Dari pengalaman itulah timbul anggapan dari dirinya bahwa sebagai seorang calon biksu sebaiknya melatih ketahanan jasmaninya. Darma Thaisi atau yang bergelar Pendeta Budha ke-28 selama di India pernah belajar Indo Kempo (Silat India) dan karena tantangan-tantangan yang dihadapinya dalam pengembaraan di Tiongkok, kemudian Dharma Thaisi mempelajari pula berbagai aliran silat Tiongkok kuno. 

Selama 9 tahun bertapa tekadnya menyusun suatu ilmu bela diri dan dimasukkan sebagai syarat dan mata pelajaran bagi calon biksu. Sejak itulah ilmu bela diri yang ditemukannya telah menjadi bagian dari pendidikan keagamaan pada zenbudhisme. Dharma tetap beranggapan bahwa semua pengikutnya harus lah berfisik kuat guna melanjukan usaha menyebar luaskan ajaran agama Budha.

Dalam cerita silat klasik kuno sering dijumpai nama Tatmocowsu, nama ini tidak lain adalah nama Dharma Taishi sendiri, yang menciptakan ilmu bela diri Shorinji Kempo atau Shiauw Liem Sie Kungfu. 

Seni bela diri ini dilatih secara khusus kepada calon biksu didikannya secara rahasia dalam kuil Shorinji, selain anggota tidak boleh masuk dalam kuil. Namun keampuhan seni bela diri ciptaannya itu dengan cepat pula menjadi buah bibir masyarakat sekitarnya, bahkan menjalar secara luas didaratan Tiongkok.


Sejarah Perkembangan Kempo di Indonesia

Dengan adanya perkembangan kempo  dunia, sejak akhir tahun 1959 pemerintah Jepang menerima mahasiswa Indonesia untuk belajar dan training di negeri tersebut, secara bergelombang dari tahun ketahun sampai tahun 1965.

Ratusan mahasiswa juga pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar ke Jepang, dari jumlah tersebut tidak sedikit pula diantara mereka yang memanfaatkan waktu-waktu senggang untuk belajar dan mendalami seni beladiri kempo yang ada di Jepang dan kembalinya mereka ketanah air tidak menggondol ijazah menurut bidang studinya masing-masing melainkan mereka memperoleh tambahan berupa penguasaan seni beladiri yang ada di Jepang seperti Karate, Judo, Jiusu, dan juga Kempo.

Pada tahun 1962 dalam suatu acara kesenian yang ditunjukkan mahasiswa Indonesia menyambut tamu-tamu penting dari tanah airnya, seorang pemuda Indonesia yang bernama Utin Syahraz mendemontasikan kebolehannya bermain kempo. Utin Syahraz tiba di Tokyo sekitar tahun 1960 sebagai training pampasan. 

Sebelumnya Utin adalah seorang pegawai di Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta. Apa yang didemontrasikan itu akhirnya menarik perhatian dan minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, mereka adalah Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa lainya yang kemudian datang ke Jepang. Dalam waktu-waktu luang dan libur, mereka memanfaatkan waktunya untuk datang kepusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba lansung ilmu tersebut dari Sihangnya.

Pemuda-pemuda sadar tidak ada lagi kebanggaan mereka selain memberikan yang terbaik dari yang mereka terima di Jepang kepada pemuda-pemuda bangsanya sendiri sekembalinya ke Tanah Air. Hal tersebut tidak lain untuk kejayaan bangsa dan negara mereka, agar tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain  tidak saja dalam ilmu pengetahuan tetapi juga olahraga.

Untuk meneruskan warisan seni bela diri kempo, seperti apa yang mereka peroleh di Jepang kepada rekan-rekan senegaranya ketiga pemuda yakni, Utin Shahraz (kini almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita bertekat melahirkan dan membentuk suatu wadah yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia) wadah ini resmi di bentuk pada tanggal 2 Februari 1996. Dari beberapa Kenshi (atlet) dan pelatih yang berlatih diteras rumah pada waktu itu, kini perkemi telah melahirkan ribuan Kenshi-kenshi yang tersebar keseluruh Nusantara. 

 Salah satu anggota Top Organisasi yang bernaung pada wadah KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), Perkemi juga menjadi anggota penuh dari Federasi kempo sedunia atau WSKO (World Shorinji Kempo Organization) yang berpusat di Kuil Shorinji Kempo tepatnya di Kota Tadotsu Jepang. 

Sedangkan dua dari tiga perintis/pendiri Perkemi yakni Drs Ginanjar Kartasasmita (Mantan Menteri Pertambangan dan Energi RI) dan Indra Kartasasmita (V-Dan: Direktur Perkapalan dan Telekomunikasi Pertamina) tetap aktif, baik dalam pengurusan Perkemi maupun pembinaan Kenshi muda lainnya.

 Dalam pengurusan Perkermi periode 1988-1992 adalah Jendral (Pur) Yoga soegomo sebagai pengurus Perkemi Pengda secara aktif memberikan pembinaan terhadap cabang dan Dojo yang telah ada di seluruh propinsi yang ada di Indonesia. Kegiatan yang bersifat Nasional, Kejuaraan Nasional Kempo sudah diadakan yang ke-15 kali, terahir di kota Malang pada bulan Juni 2004, Jawa Timur. 

Kewajiban para Kenshi lainnya adalah untuk meneladani apa yang telah mereka rintis. Olahraga beladiri kempo bisa dikatakan berkembang pesat di Indonesia, karena pada tahun 2009 yang lalu di Indonesia sudah menjadi tuan rumah pada kejuaraan dunia (taikai open) yang dilaksanakan di Bali dan berhasil menyaingi Negara Jepang yang  menjadi saingan berat Negara Indonesia.